Kamis, 12 November 2015

BUDAYA KOTA BIMA
Bima memang unik dengan beragam tarian tradisional baik yang lahir dari Istana maupun di luar Istana. Pada masa lalu, terutama pada zaman ke-emasan. Kesultanan Bima, Seni tari  dan atraksi seni budaya tradisioanl merupakan salah satu cabang seni yang sangat populer. Pengembangan seni tari mendapat perhatian dari pemerintah kesultanan. Kala itu, Istana Bima (Asi Mbojo) tidak hanya berfungsi sebagai pusat Pemerintahan namun Asi juga merupakan pusat pengembangan seni dan budaya tradisional. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (Sultan Bima yang kedua) yang memerintahkan antara tahun 1640-1682 M, seni budaya tradisional berkembang cukup pesat. Hingga saat ini seiring berjalannya waktu, beberapa seni tari dan atraksi seni budaya tradisional itu masih tetap eksis. Beberapa tarian yang masih dapat di nikmati salah satunya adalah :

  • Atraksi Gantao




  • Makanan khas Bima
Uta londe puru (bandeng bakar) cita rasa bandengnya itu beda, rasa dagingnya manis, gurih karena langsung dari ombo (tambak air laut). Biasanya dulu waktu SMA sering jalan-jalan ke tambak “teman/ keluarga” untuk “panen” uta londe puru ,bayangin aja makan ikan sepuasnya langsung dari ‘tambak”nya di  tengah suasana pantai dengan semilir angin laut yang sepoi-sepoi, ditambah lagi nikmatnya es kelapa muda (srutt-srutt wuisshh syahduuuuu, udah gitu gratis lagi) heheh.

  • Ciri khas Bima
 Tenun Ikat Bima
Ke kota Bima, tak lengkap jika tak melihat langsung proses pembuatan Tenun. Ragam budaya yang memperlihatkan identitas kota Bima sebagai sebuah entitas yang unik dengan sejumlah kearifan lokalnya ini sangat terkenal bahkan sejak abad ke-15 silam. Kain tenun Mbojo merupakan kain tenun khas asal daerah Bima dan beberapa daerah di sekitar Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Duta Honda Roadventure pun tak ingin melewatkan yang satu ini. Mereka berkunjung ke salah satu tempat pembuatan tenun yang ada di kota Bima, tepatnya di Kelurahan Rabadompu.
Di tempat itu, para pejuang Sangihe-Sape-Sabang (SSS) ini melihat langsung pembuatan kerajinan tangan yang dilakukan oleh perempuan-perempuan Bima. Mereka begitu antusias.
Pembuatan sarung ini telah turun temurun sejak abad ke-15. Kerajinan ini dikenal dengan istilah Muna Ro Medi dalam bahasa Mbojo. Kegiatan ini dilakukan untuk mengisi waktu sembari menunggu suami pulang bekerja. Mereka berkelompok, mengerjakan tenun sambil menjaga anak-anak. “Ya, sambil ngerumpi juga,” tutur Hafsah, 35, salah seorang pembuat sarung tenun di Rabadompu, Kota Bima.

sumber : https://sucifebrianti8.wordpress.com/budaya-makanan-dan-ciri-khas-kota-bima/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar